JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Kabinet Pramono Anung merespons pernyataan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah bahwa penerapan revolusi mental selama dua tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla hanyalah retorika.
Menurut Pramono, politikus PKS tersebut memang hobi melontarkan kritik. "Kalau Fahri Hamzah itu tidak mengkritik, pemerintah juga tidak nyaman. Jadi kami harap, (Fahri Hamzah) selalu mengkritik," ujar Pramono sembari tersenyum saat ditemui di kantornya, Rabu (19/10/2016).
Pramono melanjutkan, yang merasakan perubahan mental itu adalah rakyat Indonesia, bukan siapa-siapa.
Pemerintah sudah berupaya mendorong perubahan mental di masyarakat. Salah satunya dengan menciptakan kemudahan dalam pelayanan publik dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Salah satu yang baru saja diterapkan pemerintah, yaitu penerapan bahan bakar minyak (BBM) di Papua menjadi satu harga saja.
"Bagaimana bisa di Papua harga BBM Rp 6.500 per liter? Memang itu harga di SPBU dan nantinya di Papua, yang harganya dulu hampir Rp 50.000 lebih mudah-mudahan bisa dibawah Rp 10.000 per liter," ujar Pramono.
"Maka dengan demikian, inilah yang disebutkan oleh Presiden bahwa bangsa ini menjadi kompetitif, jadi bangsa pemenang," lanjut dia.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai, sepanjang dua tahun Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, semboyan revolusi mental yang disuarakan masih sebatas retorika.
Sebab, kata Fahri, masing-masing menteri di Kabinet Kerja menafsirkan revolusi mental dengan cara yang berbeda. Padahal, reshuffle di Kabinet Kerja sudah beberapa kali.
(Baca: Dua Tahun Pemerintahan Jokowi, Fahri Hamzah Anggap Revolusi Mental Sebatas Retorika)
"Kita belum tahu yang disebut revolusi mental itu apa. Dulu di awal Pemerintahan, menterinya mendefinisikan revolusi mental secara lucu. Ada yang lompat pagar, ada yang mewajibkan makan kudapan rebus saat rapat, ada yang pakai baju putih seperti baju Presiden," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/10/2016).
Karena definisinya yang tak jelas, Fahri menilai, konsep revolusi mental kini tak terdengar lagi gaungnya.